Wisata Aèng Hamid Rusdi

Dari Wiki Javasatu
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Aeng dalam bahasa Indonesia berarti air. [1].

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Wisata Aèng Hamid Rusdi berada di Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Sisi Timur dari Gelanggang Olahraga (GOR) Ken Arok.

Anggaran[sunting | sunting sumber]

Total, Rp500 juta menjadi anggaran pembangunan wisata tersebut. Berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Malang dan swadaya masyarakat.[2]

Pembangunan[sunting | sunting sumber]

Dimulai sejak akhir tahun 2019. Pada pertengahan Juli 2020, proses pembangunan kembali dijalankan dan telah menyerap 50% dari total anggaran.

Event-event[sunting | sunting sumber]

  1. (Rabu, 17 Juli 2024) Ngumpul Bareng Sambang Kampung Wisata Aeng Mapak “Padhang Mbulan”. [3]

Seni Budaya[sunting | sunting sumber]

Penutupan[sunting | sunting sumber]

Wisata Aèng Hamid Rusdi sempat ditutup sementara pada pertengahan 2021 mengacu pada Intruksi Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM Darurat Covid-19. Total, ada 22 kampung tematik di Kota Malang yang turut ditutup sementara. [4]

---

(10 Juli 2020) - Proses Pembangunan Destinasi Wisata Aeng Hamid Rusdi yang berlokasi di Kelurahan Wonokoyo Kecamatan Kedungkandang Kota Malang dimulai sejak akhir tahun 2019 dan telah mencapai sekitar 50% dari total anggaran sebesar 500 juta dengan menggunakan sumber dari APBD dan Swadaya Masyarakat. Pembangunan akan dilanjutkan lagi pada pertengahan tahun 2020 dan diharapkan bisa selesai 100%.

Meskipun tahap pembangunan baru mencapai sekitar 50%, namun sudah mampu menyedot perhatian warga sekitar khususnya anak-anak sekolah PAUD dan TK sebagai wahana edukasi.

Rencananya di kawasan lokasi Wisata Aeng Hamid Rusdi ini akan dilengkapi wahana air seperti perahu kano, kapal bot dan ban yang bisa digunakan untuk menyisir sungai sepanjang 1,5 km serta warkop sawah.

Para wisatawan akan dimanjakan dengan panorama alam dengan nuansa persawahan yang hijau bagaikan permadani.

Saat ini warga Kelurahan Wonokoyo sedang dibina dan dilatih untuk membuat pernak-pernik kerajinan tangan dan makanan khas Wonokoyo sebagai oleh-oleh. Sumber

---

(19 Juli 2024) - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengembangkan berbagai destinasi wisata alternatif dengan membentuk kampung-kampung tematik yang dapat menarik perhatian para wisatawan untuk mendorong sektor pariwisata. Melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar), Pemkot Malang juga terus menguatkan promosi wisata dan seni budaya Kota Malang agar semakin dikenal serta lestari. Paling baru, Pemkot Malang menggelar acara Ngumpul Bareng Sambang Kampung Wisata Aeng Mapak “Padhang Mbulan” di Kampung Wisata Aeng Hamid Rusdi Kelurahan Wonokoyo, Rabu (17/7/2024). Penjabat (Pj) Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengapresiasi kegiatan tersebut karena digelar dengan sangat baik. Dia menyebutkan, Wisata Aeng berada di Kota Malang, tetapi ini tidak terasa seperti di Kota Malang karena seperti ada di pegunungan.

“Kita bisa melihat Kota Malang dari atas sini. Jadi daya tarik wisatanya sangat apik," jelasnya dalam siaran persnya, Jumat (19/7/2024). Adapun Wisata Aeng Hamid Rusdi berlokasi di Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Destinasi wisata itu dibangun sejak akhir 2019 sebagai inovasi wisata tematik yang mewarnai destinasi Kota Malang. Di sisi lain, Kota Malang juga memiliki kearifan lokal seni dan budaya khas yang juga telah dikenal luas. Wahyu mengatakan, ada pagelaran seni budaya yang khas dari Wonokoyo, mulai dari bantengan, pencak silat, dan hadrah.

“Ini adalah salah satu bentuk nguri-uri budaya yang harus kami lestarikan. Jadi, memang dari warga Wonokoyo," terangnya. Wahyu juga mengapresiasi gelaran tersebut karena ada banyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan dan menjadi salah satu daya tarik kawasan wisata tersrbut. “Saat ini pun kami sedang menjadikan UMKM Kota Malang makin berkelas. Maka, dari tiga rangkaian kegiatan ini saya mengapresiasi sekali,” ujarnya. Wahyu mengatakan, banyak warga yang datang karena kegiatan kali ini berbeda, baik dari segi tempat berbeda, pentas seni, dan UMKM. Dia menyampaikan, masyarakat Kota Malang, termasuk warga Kelurahan Wonokoyo, masih kental dengan kearifan lokalnya.

Untuk itu, dia mengajak semua pihak terus mengangkat dan melestarikan budaya budaya yang ada. "Mari kita jaga, lestarikan kearifan lokal yang kita miliki sambil terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ajaknya. Wahyu meyakini, dengan kerja keras dan kolaborasi yang baik, seni dan budaya dapat menguatkan sektor budaya di Kota Malang. Acara tersebut turut diwarnai dengan berbagai penampilan seni budaya, di antaranya Hadrah ‘Nailul Huda’, Dolanan Anak, Kesenian Bantengan dari Mbah Angling, Putra Gundala, Putra Angling Sejati, Dewi Mekar Sejati, Satrio Lembu Wijoyo, Satrio Banteng Alas, Pencak silat Rajawali Putih. Turut hadir dalam kesempatan itu Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang Erik Setyo Santoso serta jajaran perangkat daerah Pemkot Malang.

Sumber

--- (4 Juli 2021) Memaksimalkan penekanan kasus covid-19, sekitar 22 kampung tematik di Kota Malang menutup sementara tempat wisatanya dan tidak melayani kunjungan wisata. Sekaligus bentuk dukungan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Tematik Kota Malang, Isa Wahyudi alias Ki Demang menjelaskan, opsi dipilih berdasarkan peraturan pemerintah yang resmi menetapkan PPKM Darurat.

“Sebanyak 22 Kampung Tematik Kota Malang yang dikelola oleh Pokdawis untuk kunjungan wisata dinyatakan tutup sementara,” seru Isa Wahyudi alias Ki Demang.

Berdasarkan Surat Edaran Walikota Malang Nomor 35 tahun 2021 tentang PPKM Darurat Covid-19 sebagaimana angka satu. Seluruh masyarakat, pelaku usaha, pengelola tempat ibadah dan perkantoran serta pengelola pendidikan wajib melaksanakan protokol kesehatan dan mematuhi ketentuan dalam Intruksi Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021.

Sementara, berdasarkan Intruksi Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM Darurat Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali sebagaimana dimaksud angka satu. Point h adalah fasilitas umum (area publik, taman umum, tempat wisata, tempat wisata umum dan area publik lainnya) tutup sementara.

Berikut adalah Daftar 22 Kampung Tematik Kota Malang yang tutup sementara:

  1. Kampung Budaya Polowijen (tutup sementara)
  2. Kampung Topeng Baran (tutup sementara)
  3. Kampung Gribig Religi (tutup untuk wisata buka untuk ziarah terbatas)
  4. Kampung Kajoetangan Heritage (tutup sementara)
  5. Kampung Putih (tutup sementara
  6. Kampung Tridi (tutup sementara)
  7. Kampung Grabah Penanggungan (tutup sementara)
  8. Kampung Kramat Kasin (tutup sementara)
  9. Kampung Terapi Hijau (tutup sementara)
  10. Kampung Biru Arema (tutup sementara)
  11. Kampung Tempe sanan (tutup untuk wisata, buka untuk belanja)
  12. Koeboeran Londo (tutup sementara)
  13. Kampung Nila Slilir (buka untuk belanja ikan)
  14. Kampung Keramik Dinoyo (tutup untuk wisata, buka untuk belanja)
  15. Kampung Satrio Turonggo Jati (tutup untuk wisata, buka untuk latihan)
  16. Kampung Wisata Aeng Hamid Rusdi (tutup sementara)
  17. Kampung Warna Wani Jodipan (tutup sementara)
  18. Kampung Bambu Mewek Park (tutup sementara)
  19. Kawasan Wisata Panawijen (tutup sementara)
  20. Kampung Lampion Wangi (tutup sementara)
  21. Kampung Rolak Indahku (tutup sementara)
  22. Kampung Glintung Water Street (tutup sementara).

Dijadwalkan ditahun ini bakal ada sekitar 39 festival kampung tematik ditambah satu festival dalam rangka memperingati hari sungai, yaitu Festival Brantas. Selain menjadi event ikonik skala regional, akan mengundang daerah-daerah lain yang dialiri Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Namun mengingat kondisi pandemi covid-19 yang meningkat dan PPKM Darurat, agenda sementara dipending. Sumber ---

(28 Juni 2022) Berwisata ke Kota Malang tak lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Kampung Tematik.

Kota yang memiliki hawa sejuk ini memiliki 23 kampung tematik. Dan beberapa di antaranya telah menjadi ikon Kota Malang, seperti Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ).

Namun kini kondisinya berbeda. Adanya pandemi Covid-19 yang telah berjalan selama tiga tahun ini membuat sejumlah kampung tematik seakan mati suri.


Berdasarkan catatan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang, total ada delapan kampung tematik yang belum bisa bangkit.

Sedangkan 15 sisanya, kini mulai mencoba bangkit, meski tidak ramai seperti dulu lagi.

Ketua Pokdarwis Kota Malang, Ki Demang mengatakan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi sejumlah kampung tematik belum bisa bangkit.

Seperti pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai membuat pengelolaan kampung tematik tak berjalan maksimal. Hal ini disebabkan menurunnya angka kunjungan wisata.

"Pandemi telah membuat pengelola down. Karena kampung tematik ini berangkatnya dari keswadayaan. Jadi untuk membangkitkan kampung kembali, butuh perjuangan yang cukup besar," ucap Ki Demang kepada Surya, Selasa (28/6/2022).


Kemudian, adanya konflik internal dalam pengelolaan kampung tematik juga menjadi faktor kampung tematik di Kota Malang belum bisa bangkit.

Kampung warna-warni Jodipan di Kota Malang. Kampung Warna-warni Jodipan yang menjadi ikon wisata di Kota Malang. Ki Demang menyampaikan, konflik internal ini disebabkan oleh adanya pergantian antar pengurus, kurangnya komunikasi dengan kelurahan hingga menyangkut kewilayahan.

Hal ini yang menyebabkan kampung tematik di Kota Malang tidak aktif seperti dulu kala.

Selain itu, minimnya peran dari Pemerintah Kota Malang dalam hal pembangunan, membuat daya tarik wisata di kampung tematik ini menjadi berkurang.

"Sebenarnya kampung tematik ini adalah kampung yang dibangun. Membangun destinasi dan daya tarik wisata. Karena minimnya bantuan infrastruktur dari pemerintah dan CSR. sehingga kampung ini terkesan ada pembiaran. Karena kebanyakan dihasilkan dari swadaya masyarakat," terangnya.

Ki Demang menyampaikan, dalam setahun hanya ada satu event yang dibuat oleh Pemkot Malang di masing-masing kampung tematik.

Setiap satu event tersebut, di masing-masing kampung tematik hanya mendapatkan anggaran senilai Rp 2 Juta.

Anggaran tersebut dirasa Ki Demang, masih kurang untuk biaya operasional dan lain sebagainya.

Hal ini membuat masing-masing kampung tematik ketika akan membuat event harus menggandeng pihak-pihak lain sebagai sponsor.

"Jadi mau gak mau kita harus berusaha ekstra untuk mengangkat kembali kampung tematik. Karena kampung tematik ini asalnya berbasis edukasi, jadi banyak modal yang dibutuhkan," ujarnya.

Dalam membangkitkan kembali kampung tematik ini, Ki Demang mengharapkan adanya keterlibatan masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Malang.

Segenap OPD ini yang nantinya dapat memberikan dukungan kepada masing-masing kampung tematik

Pasalnya, kampung tematik di Kota Malang memiliki ciri khas tersendiri dan beraneka ragam.

Mulai berbasis budaya, lingkungan, pertanian, wisata, hingga perdagangan.

"Kampung tematik benar dibawah Disporapar. Tapi itu hanya dari unsur pariwisatanya. Tapi kalau basisnya kampung itu pertanian, Dispangtan juga perlu turun. Kalau basis Koperasi dan UMKM, Diskopindag harus terlibat begitu seterusnya," jelasnya.

Dengan begitu, Ki Demang meyakini, kampung tematik di Kota Malang bisa bangkit pasca pandemi Covid-19.

Pasalnya, kampung tematik di Kota Malang telah menjadi ikon, dan menjadi pilot projek studi pengembangan kampung dari masing-masing daerah.

"Dulu, kampung tematik kita sering dikunjungi OPD dari daerah lain. Kok bisa bangun kampung ini di tengah kota. Ini yang jadi menarik," ujarnya.

Kini, sejumlah kampung tematik di Kota Malang perlahan-lahan mulai bangkit.

Tingkat kunjungan wisata perlahan-lahan mulai menuju normal, usai dihantam badai pandemi.

Ki Demang juga bersyukur, bahwa pada 2022 ini ada beberapa kampung tematik yang telah mendapatkan suntikan dana dari Pemkot Malang.

Suntikan anggaran ini telah dia nantikan selama tiga tahun lamanya, dan baru terealisasi pada tahun ini.

"Mekanismenya penyaluran anggaran ini dari Musrenbang. Tiga tahun lalu, yang direncanakan seharusnya Rp 100 juta di masing-masing kampung. Namun karena pandemi, anggaran yang diterima kampung tematik sekitar Rp 50 juta," tandasnya.

Berikut ini daftar 23 kampung tematik di Kota Malang :

Kampung Tematik masih aktif

  1. . Kampung Warna Warni Jodipan
  2. . Kampung Kramik Dinoyo
  3. . Kampung Tempe Sanan
  4. . Kampung Heritage Kayutangan
  5. . Kampung Tridi
  6. . Kampung Budaya Polowijen
  7. . Kampung Glintung Water Street
  8. . Kampung Biru Arema
  9. . Kampung Terapi Hijau
  10. . Kampung Gribig Religi
  11. . Kampung Topeng
  12. . Kampung Kuburan Londo
  13. . Kampung Satrio Turonggo Jati
  14. . Kampung Nila Slilir
  15. . Kampung Wayang Samaan

Kampung Tematik belum aktif

  1. . Kampung Rolak Indah
  2. . Kampung Keramat
  3. . Kampung Bambu Mewek
  4. . Kampung Lampion
  5. . Kampung Grabah Penanggunan
  6. . Kampung Wisata Panawijen
  7. . Kampung Organik Buring
  8. . Kampung Wonokoyo Wisata Aeng

Sumber ---

Komunitas[sunting | sunting sumber]

Media Sosial[sunting | sunting sumber]

  1. Kuriana, Puspa;Kamus Dwibahasa Indonesia-Madura Edisi Revisi, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur: 2013
  2. Kelwonokoyo. [GELIAT WISATA AENG HAMID RUSDI WONOKOYO https://kelwonokoyo.malangkota.go.id/2020/07/10/geliat-wisata-aeng-hamid-rusdi-wonokoyo/]. kelwonokoyo.malangkota.go.id:2020
  3. Inang Sh, A P Sari. Pemkot Malang Lestarikan Budaya dan Promosikan Wisata lewat Sambang Kampung Wisata Aeng Mapak Padhang Mbulan. Kompas.com:2024
  4. Jaz. PPKM Darurat, 22 Kampung Tematik Tutup Sementara Tak Layani Wisata. Seru.com:2021.