11.314
suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
| Baris 114: | Baris 114: | ||
Oktober 1951 DPRD Kotapraja Malang mencabut dan mengganti dengan yang baru berdasar SK DPRD No. 51 dan disahkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 237 tanggal | Oktober 1951 DPRD Kotapraja Malang mencabut dan mengganti dengan yang baru berdasar SK DPRD No. 51 dan disahkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 237 tanggal | ||
29 November 1954. Bentuk lambangnya, berupa burung Garuda berwarna kuning emas yang membentangkan sayapnya. Di dadanya tergantung sebuah perisai berwarna hijau yang berlukiskan Tugu dengan untaian padi dan kapas, harimau, dan bungai teratai putih yang berkembang. Di bawah telapak kaki harimau terdapat pita yang berjuntai dengan semboyan Malang Namaku Maju Tujuanku. | 29 November 1954. Bentuk lambangnya, berupa burung Garuda berwarna kuning emas yang membentangkan sayapnya. Di dadanya tergantung sebuah perisai berwarna hijau yang berlukiskan Tugu dengan untaian padi dan kapas, harimau, dan bungai teratai putih yang berkembang. Di bawah telapak kaki harimau terdapat pita yang berjuntai dengan semboyan Malang Namaku Maju Tujuanku. | ||
[[Berkas:Logo Kota Malang 02.jpg|pus|jmpl|300x300px|Foto 1.2 Lambang Kata Malang setelah kemerdekaan tahun 1951 (Sumber: Suwardono, 1997)]] | |||
Foto 1.2 Lambang Kata Malang setelah kemerdekaan tahun 1951 (Sumber: Suwardono, 1997) | |||
Lagi-lagi sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya Kotapraja Malang pada 1964, terjadi pergantian dengan lambang secara keseluruhan tetap garuda namun tulisan di bawah harimau berubah menjadi Malangkuce~wara. Keputusan itu dituangkan dalam keputusan DPRD No. 7 /DPRDGR tertanggal 10 April 1964. Semboyan itu diusulkan oleh Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, seorang sejarawan terkenal. Malangkuce~wara berasal dari kata mala, angkusa dan iswara. Mala berarti segala sesuatu yang buruk atau kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil; angkusa berarti menghancurkan atau memusnahkan; dan iswara berarti nama lain dari Siwa atau Tuhan. Jadi, semboyan itu terjemahan bebasnya adalah Tuhan | Lagi-lagi sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya Kotapraja Malang pada 1964, terjadi pergantian dengan lambang secara keseluruhan tetap garuda namun tulisan di bawah harimau berubah menjadi Malangkuce~wara. Keputusan itu dituangkan dalam keputusan DPRD No. 7 /DPRDGR tertanggal 10 April 1964. Semboyan itu diusulkan oleh Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, seorang sejarawan terkenal. Malangkuce~wara berasal dari kata mala, angkusa dan iswara. Mala berarti segala sesuatu yang buruk atau kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil; angkusa berarti menghancurkan atau memusnahkan; dan iswara berarti nama lain dari Siwa atau Tuhan. Jadi, semboyan itu terjemahan bebasnya adalah Tuhan | ||
menghancurkan yang batil, atau menegakkan kebenaran | menghancurkan yang batil, atau menegakkan kebenaran | ||
| Baris 133: | Baris 130: | ||
Sedangkan arti warna pada lambang Kota Malang yaitu Merah Putih melambangkan bendera nasional Indonesia, Kuning melambangkan keluhuran dan kebesaran, Hijau melambangkan kesuburan, dan Biru Muda melambangkan kesetiaan pada Tuhan, negara dan bangsa. Segi lima berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi geografis, pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Bintang adalah salah satu lambang dalam Garuda Pancasila yang berarti Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat Tugu Kemerdekaan di tengah-tengah lambang. Lima lingga dan bambu runcing mengandung pengertian kebesaran Pancasila kesatuan dan persatuan yang kokoh (Suwardono, 1997). | Sedangkan arti warna pada lambang Kota Malang yaitu Merah Putih melambangkan bendera nasional Indonesia, Kuning melambangkan keluhuran dan kebesaran, Hijau melambangkan kesuburan, dan Biru Muda melambangkan kesetiaan pada Tuhan, negara dan bangsa. Segi lima berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi geografis, pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Bintang adalah salah satu lambang dalam Garuda Pancasila yang berarti Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat Tugu Kemerdekaan di tengah-tengah lambang. Lima lingga dan bambu runcing mengandung pengertian kebesaran Pancasila kesatuan dan persatuan yang kokoh (Suwardono, 1997). | ||
b. Pengetahuan | b. Pengetahuan | ||
| Baris 151: | Baris 150: | ||
bertujuan merebut simbol yang berupa sebuah Piala. Pada masa berikutnya hadiah dari sebuah kejuaraan disumbang oleh seorang Penggagas, Pionir atau seorang bangswan. Maka Piala tersebut diberi nama sesuai penyumbangnya atau penggagasnya seperti: Jules Rimet Cup (Piala Dunia, Sepakbola), Thomas Cup (Bulutangkis), Davis Cup (Tennis) (Azahari, 2020). Dari hal ini tidaklah asing jika bentuk piala yang terdapat dalam kajian ini menyerupai gelas atau cawan jika meninjau dari asal muasal piala khususnya dari segi kejuaraan olahraga. | bertujuan merebut simbol yang berupa sebuah Piala. Pada masa berikutnya hadiah dari sebuah kejuaraan disumbang oleh seorang Penggagas, Pionir atau seorang bangswan. Maka Piala tersebut diberi nama sesuai penyumbangnya atau penggagasnya seperti: Jules Rimet Cup (Piala Dunia, Sepakbola), Thomas Cup (Bulutangkis), Davis Cup (Tennis) (Azahari, 2020). Dari hal ini tidaklah asing jika bentuk piala yang terdapat dalam kajian ini menyerupai gelas atau cawan jika meninjau dari asal muasal piala khususnya dari segi kejuaraan olahraga. | ||
c. Pendidikan | c. Pendidikan | ||
Nilai pendidikan yang dapat dipetik dari adanya tropi atau piala yang terdapat pada gedung Balaikota Malang tersebut pertama mengikuti dari makna lambang yang tertera di dalamnya, yang kedua dari fungsinya. Kepmendiknas (2010: i-ii) mengemukakan hasil diskusi dan sarasehan tentang "Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" menghasilkan "Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" untuk berbagai wilayah Indonesia yang terdiri dari 18 nilai. Seluruh pendidikan di Indonesia harus menyisipkan 18 nilai pendidikan berkarakter tersebut kepada para siswa dalam proses pendidikannya. Paparan dari Kepmendiknas tentang 18 nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut: | Nilai pendidikan yang dapat dipetik dari adanya tropi atau piala yang terdapat pada gedung Balaikota Malang tersebut pertama mengikuti dari makna lambang yang tertera di dalamnya, yang kedua dari fungsinya. Kepmendiknas (2010: i-ii) mengemukakan hasil diskusi dan sarasehan tentang "Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" menghasilkan "Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" untuk berbagai wilayah Indonesia yang terdiri dari 18 nilai. Seluruh pendidikan di Indonesia harus menyisipkan 18 nilai pendidikan berkarakter tersebut kepada para siswa dalam proses pendidikannya. Paparan dari Kepmendiknas tentang 18 nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut: | ||
1. Religius | 1. Religius | ||
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. | Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. | ||
2. Jujur | 2. Jujur | ||
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. | Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. | ||
3. Toleransi | 3. Toleransi | ||
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. | Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. | ||
4. Disiplin | 4. Disiplin | ||
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. | Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. | ||
5. Kerj a Keras | 5. Kerj a Keras | ||
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. | Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. | ||
6. Kreatif | 6. Kreatif | ||
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. | Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. | ||
7. Mandiri | 7. Mandiri | ||
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. | Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. | ||
8. Demokratis | 8. Demokratis | ||
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. | Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. | ||
9. Rasa Ingin Tahu | 9. Rasa Ingin Tahu | ||
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. | ||
10. Semangat Kebangsaan | 10. Semangat Kebangsaan | ||
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. | Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. | ||
11. Cinta Tanah Air | 11. Cinta Tanah Air | ||
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. | Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. | ||
12. Menghargai Prestasi | 12. Menghargai Prestasi | ||
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. | ||
13. Bersahabat/ Komunikatif | 13. Bersahabat/ Komunikatif | ||
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang mengakui, serta menghormati ke berhasilan orang lain. | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang mengakui, serta menghormati ke berhasilan orang lain. | ||
14. Cinta Damai | 14. Cinta Damai | ||
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. | ||
15. Gemar Membaca | 15. Gemar Membaca | ||
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. | Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. | ||
16. Peduli Lingkungan | 16. Peduli Lingkungan | ||
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan | ||
mengembangkan upaya-upaya untuk kerusakan alam yang sudah terjadi. | mengembangkan upaya-upaya untuk kerusakan alam yang sudah terjadi. | ||
1 7. Peduli Sosial | 1 7. Peduli Sosial | ||
| Baris 209: | Baris 226: | ||
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. | Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. | ||
18. Tanggung Jawab | 18. Tanggung Jawab | ||
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Harahap, 2018, pp. 25 | Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Harahap, 2018, pp. 25-26) | ||
26) | |||
Dari delapan belas nilai karakter yang dikemukakan oleh kementerian pendidikan tersebut pada piala yang terdapat di Balaikota Malang merujuk dari makna simbolik dalam lambang yang pertama adalah lambang harimau (singa) dan teratai (sari) merupakan lambang dari kota yang berpintu gerbang Singasari atau berkaitan erat dengan Kerajaan Singhasari pada masa lampau. Kedua adalah tugu yang berarti simbol dari perjuangan | Dari delapan belas nilai karakter yang dikemukakan oleh kementerian pendidikan tersebut pada piala yang terdapat di Balaikota Malang merujuk dari makna simbolik dalam lambang yang pertama adalah lambang harimau (singa) dan teratai (sari) merupakan lambang dari kota yang berpintu gerbang Singasari atau berkaitan erat dengan Kerajaan Singhasari pada masa lampau. Kedua adalah tugu yang berarti simbol dari perjuangan | ||
Nasional. Ketiga adalah Padi dan Kapas yakni simbol dari kemakmuran serta kesejarhteraan. Terakhir adalah burung Garuda yakni simbol dari Negara Indonesia (Suwardono, 1997). Dari nilai simbolik yang tertera tersebut ditambah dengan makna dari piala atau tropi yang tentunya berhubungan dengan sebuah penghargaan prestasi, maka nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah cinta tanah air, semangat kebangsaan, toleransi, komunikatif, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan, dan tanggungjawab. | Nasional. Ketiga adalah Padi dan Kapas yakni simbol dari kemakmuran serta kesejarhteraan. Terakhir adalah burung Garuda yakni simbol dari Negara Indonesia (Suwardono, 1997). Dari nilai simbolik yang tertera tersebut ditambah dengan makna dari piala atau tropi yang tentunya berhubungan dengan sebuah penghargaan prestasi, maka nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah cinta tanah air, semangat kebangsaan, toleransi, komunikatif, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan, dan tanggungjawab. | ||
d. Agama/Religi e. Kebudayaan | |||
d. Agama/Religi | |||
e. Kebudayaan | |||
Nilai budaya yang terkandung dalam sebuah piala tersebut terdiri dari bebeapa hal. Jika ditinjau secara khusus pada benda ini terdapat kebudayaan yang berhubungan dengan simbol. Oleh sebab itu dibutuhkan kajian dari sudut pandang Antropologi simbolisme, atau yang disebut juga dengan Antropologi interpretatif atau Antropologi Humanistik. Kajian simbol tersebut tentunya terdapat pada lambang Kota Malang yang tertera pada objek kajian maupun bentuk dari piala tersebut. Untuk kajian bentuk maupun nilai pendidikan dari makna lambang secara filosofis telah dibahas di sub-bab atas. Saat ini butuh dikaji dari sudut pandang kebudayaan. | Nilai budaya yang terkandung dalam sebuah piala tersebut terdiri dari bebeapa hal. Jika ditinjau secara khusus pada benda ini terdapat kebudayaan yang berhubungan dengan simbol. Oleh sebab itu dibutuhkan kajian dari sudut pandang Antropologi simbolisme, atau yang disebut juga dengan Antropologi interpretatif atau Antropologi Humanistik. Kajian simbol tersebut tentunya terdapat pada lambang Kota Malang yang tertera pada objek kajian maupun bentuk dari piala tersebut. Untuk kajian bentuk maupun nilai pendidikan dari makna lambang secara filosofis telah dibahas di sub-bab atas. Saat ini butuh dikaji dari sudut pandang kebudayaan. | ||
Manusia adalah "homo simbolism, yang artinya jenis makhluk biologis yang sensantiasa menggunakan simbol-simbol dalam kehidupannya, baik untuk beradaptasi maupun berkomunikasi terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Begitu pentingnya simbol bagi manusia, maka banyak para ahli yang membahas maupun memandang dari berbagai paradigma. Dalam hal ini ada yang menganggap bahwa simbol merupakan bagian dari tanda-tanda dan dikaitkan dengan model pendekatan semiotika dalam pembahasannya, biasanya dilakukan oleh para ahli yang berkaitan dengan bidang ilmu Sastra, Seni, Komunikasi dan | Manusia adalah "homo simbolism, yang artinya jenis makhluk biologis yang sensantiasa menggunakan simbol-simbol dalam kehidupannya, baik untuk beradaptasi maupun berkomunikasi terhadap lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Begitu pentingnya simbol bagi manusia, maka banyak para ahli yang membahas maupun memandang dari berbagai paradigma. Dalam hal ini ada yang menganggap bahwa simbol merupakan bagian dari tanda-tanda dan dikaitkan dengan model pendekatan semiotika dalam pembahasannya, biasanya dilakukan oleh para ahli yang berkaitan dengan bidang ilmu Sastra, Seni, Komunikasi dan | ||
| Baris 227: | Baris 249: | ||
bahwa lambang dari sebuah organisasi atau perkumpulan memiliki makna tertentu yang berhubungan dengan tujuan perkumpulan tersebut. Begitu pula dengan dibuatnya lambang Kota Malang secara simbolik diharapkan mewakili visi misi tujuan Kota Malang kedepan yang sesuai dengan harapan secara positif. Dari hal ini budaya di Kota Malang pada saat itu juga semakin bertambah meninjau dengan adanya budaya pembuatan simbolik yang mewakili tujuan warga kota. | bahwa lambang dari sebuah organisasi atau perkumpulan memiliki makna tertentu yang berhubungan dengan tujuan perkumpulan tersebut. Begitu pula dengan dibuatnya lambang Kota Malang secara simbolik diharapkan mewakili visi misi tujuan Kota Malang kedepan yang sesuai dengan harapan secara positif. Dari hal ini budaya di Kota Malang pada saat itu juga semakin bertambah meninjau dengan adanya budaya pembuatan simbolik yang mewakili tujuan warga kota. | ||
Selain dari simbol semiotika yang ditinjau dari budaya ditemukan pula adanya budaya menghargai karya orang lain yag tercermin dengan memajang hasil prestasi di tempat yang dapat dilihat oleh setiap orang. Nilai budaya serapan dari bangsa eropa juga telah dipaparkan pada bab kajian kesejarahan, yakni budaya memberikan penghargaan berbentuk cawan yang saat ini dikenal dengan piala atau tropi. Budaya eropa tersebut diketahui pada masa Kerajaan Romawi dan Yunani yang berangsur diserap oleh masyarakat nusantara. Tradisi yang menjadi budaya tersebut merupakan nilai-nilai luhur yang dapat dilestarikan walaupun merupakan budaya serapan. Apapun bentuknya dalam personifikasi sebuah benda, dalam hal ini budaya yang paling penting adalah nilai luhur untuk menghargai prestasi seseorang yang dirupakan dengan macam-macam bentuk penghargaan, salah satunya berupa piala atau trophy berbentuk cawan. | Selain dari simbol semiotika yang ditinjau dari budaya ditemukan pula adanya budaya menghargai karya orang lain yag tercermin dengan memajang hasil prestasi di tempat yang dapat dilihat oleh setiap orang. Nilai budaya serapan dari bangsa eropa juga telah dipaparkan pada bab kajian kesejarahan, yakni budaya memberikan penghargaan berbentuk cawan yang saat ini dikenal dengan piala atau tropi. Budaya eropa tersebut diketahui pada masa Kerajaan Romawi dan Yunani yang berangsur diserap oleh masyarakat nusantara. Tradisi yang menjadi budaya tersebut merupakan nilai-nilai luhur yang dapat dilestarikan walaupun merupakan budaya serapan. Apapun bentuknya dalam personifikasi sebuah benda, dalam hal ini budaya yang paling penting adalah nilai luhur untuk menghargai prestasi seseorang yang dirupakan dengan macam-macam bentuk penghargaan, salah satunya berupa piala atau trophy berbentuk cawan. | ||
f. DAFTAR PUSTAKA | f. DAFTAR PUSTAKA | ||