Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

Revisi sejak 20 Desember 2024 18.00 oleh Juliansukrisna87 (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{More citations needed|date=April 2021}} '''Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)''' adalah skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliu...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.Templat:Citation needed

Audit BPK terhadap penggunaan dana BLBI oleh ke-48 bank tersebut menyimpulkan telah terjadi indikasi penyimpangan sebesar Rp 138 triliun.Templat:Citation needed

Latar BelakangSunting

Lahirnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) tidak terlepas dari adanya krisis moneter yang terjadi antara tahun 1997-1998 yang hampir terjadi di seluruh kawasan Asia Tenggara. Akibat terjadinya krisis moneter yang terjadi yang membuat nilai tukar rupiah jatuh ke level yang rendah pada bulan Juni tahun 1997 yaitu Rp. 2,380 perdolar AS, menjadi melambung tinggi menjadi sekitar Rp 17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998,[1] Akibat kenaikan nilai tukar rupiah yang melemah dan inflasi tinggi menyebabkan jumlah utang meningkat dan pengangguran menjadi merajalela[2].

Untuk mengatasi Nilai Tukar Rupiah yang melambung tinggi akibat krisis moneter pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya pemerintah memberlakukan sistem kurs mengambang terkendali (managed floating) dan mengambangkan nilai rupiah (free floating). Kebijakan moneter tersebut bertujuan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas pada pengendalian moneter sekaligus menyelamatkan devisa.

Namun ternyata kebijakan tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan kebijakan moneter sangat ketat (tight money policy) untuk menstabilkan nilai rupiah, justru menciptakan rumor negatif pada dunia perbankan. Rumor yang beredar di masyarakat seperti rugi transaksi valas, kalah kliring, penculikan pemilik bank, dan larinya beberapa bankir ke luar negeri, menyebabkan terjadinya penarikan dana simpanan secara besar-besaran oleh nasabah. Mereka memindahkan dananya dari bank-bank swasta besar ke bank-bank pemerintah atau bank asing.

Akibat penarikan uang yang besar-besaran terhadap Bank dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan juga adanya ketidakstabilan politik dan ekonomi, membuat perbankan menjadi kering dan tidak likuiditas lagi yang pada akhirnya akan mengganggu ke perekonomian nasional. [3]Tidak ingin hal itu terjadi pemerintah akhirnya membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melaluiKeputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998 yang berfungsi untuk menyehatkan industri perbankan, juga diputuskan pemberian independensi kepada Bank Indonesia. BBPN ini mengelola total sekitar 640 triliun rupiah dana yang dikeluarkan pemerintah untuk penyehatan perbankan. Dana tersebut terdiri dari dana rekapitalisasi perbankan dan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). [4] Untuk menyelematkan Bank-bank yang tidak likuiditas tadi akhirnya bank Indonesia menyalurkan bantuan terhadap bank-bank yang kolapas tadi yang dikenal dengan nama Bantuan Likuiditas Indonesia kepada 48 Bank yang bermasalah.

SejarahSunting

Dalam Perjalanan [5]

Daftar Penerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)Sunting

Berikut ini adalah daftar Penerima Bantuan BLBI kepada bank Swasta[6][7][8][9][10]

No Nama Bank/Perusahaan Nama Obligor dan atau Debitur Jumlah Tunggakan Status Keterangan
Lunas Belum
Bank Alfa Bambang Triatmodjo Lunas
Bank Aken I Made Sudiarta Rp 509,97 Miliar
I Gede Darmawan
Bank Asia Pasific Setiawan Harjono Rp 3,57 triliun Sita[11]
Hendrawan Haryono
Bank Asiatic Rp 797,04 miliar.
Bank Anrico Rp 137,56 miliar.
Bank Astria Raya Rp 356 miliar
Bank Citrahasta Danamanunggal Rp 167,68 miliar
Bank Dwipa Internasional Rp 75,11 miliar.
Bank Bahari Santosa Sumali Rp 406 Miliar
Bank Metropolitan Rp 70,4 Miliar Sita
Bank Baja Internasional Andi Hartawan Sardjito
Thee Ning King Khong Rp 90,67 miliar
Bank Indonesia Raya - Lunas
Atang Latief Rp 155 Miliar
Bank Budi Internasional Hendra Liem - Lunas
Bank Bumi Daya Kanapathy Udaya Surya Rp14,4 miliar
US$ 9,4 juta
Bank Bumi Utama Suparno Adijanto - Lunas
Bank Central Dagang Hindarto Tantular Rp 1,47 Triliun Sita
Anton Tantular
Bank Ciputra Keluarga Ciputra - Lunas
Bank Dana hutama The Ning King - Lunas
Sofyan Wanandi - Lunas
Bank Dagang Bali - Rp 832,55 miliar.
Bank BNI Eka Sinto Kasih Tjia US$ 7,9 Juta
Herman Hakiman
Kristiono Djaja
Mochamad Hendrik
Bank Dagang Industri -
Bank Dagang Nasional Indonesia Syamsul Nursalim - Lunas
Bank Dewa Rutji Rp. 470,66 Miliar
Bank Danamon Usman Atmadjaja Sita
BCA Salim Group - Lunas
Bank Deka Dewanto Kurniawan
Bank Dharmala Sujanto Gondokusumo Rp 822,25 Miliar
Bank Ficorinvest -
Bank Guna Internasional Rp 12,35 miliar
Bank Global Internasional Rp 473,53 miliar
Bank Harapan Sentosa Hendra Rahardja Rp 3,17 triliun
Bank Hastin The Tje Min - Lunas
Bank Hokindo Ho Kiarto
Ho kianto
Bank Indotrade Mulyanto Tanaga - Lunas
Hadi Wijaya Tanaga - Lunas
Iwan Suhardiman
Bank Industri Rp 147,72 miliar.
Bank Intan Fadel Muhammad Rp 136 Miliar
Bank Jakarta
Bank Kosagraha Semesta Sejahtera Rp 201,81 miliar
Bank Lautan Berlian Ulung Bursa Rp 426 Miliar
Bank Mandiri Judo Hartono Rp 59,9 Miliar
Sangnata Luman
Gerard Naga Tampusari
Sri Nurhajati Susanto
Bank Mataram Dhanarta Rp 295,57 miliar
Bank Mashill Philip S Wijaya - Lunas
Bank Moderen Samadikun Hartono Rp 2,52 Triliun
Bank Namura Adiputra Januardy/James Rp 170 Miliar
Bank Namura Baringin P/Joseph Januardy
Bank Nusa Nasional Nirwan Dermawan Bakrie -
Bank Orient Kwan Benny Ahadi Rp 143,43 Miliar
Aldo Brasali - Lunas
Bank Pasifik - Rp 1,48 triliun
Widjonarko Tjokroadisumarto US$ 11,5 juta
Haryono Eddyarto
Bank Papan Sejahtera Honggo Wendratno
Njoo Kok Kiong
Hasyim Sujono Djojohadikusumo
Bank Pelita Istimarat
Agus Anwar Rp 577,81 Miliar
Bank Pesona Utama -
Bank Pinaesaan Rp 612 miliar.
Bank Putra Surya Perkasa Trijono Gondokusumo Rp. 4,89 Triliun
Hengky Wijaya
Bank Prasida Utama Rp 206,24 miliar
Bank Risjad Salim Internasional Ibrahim Risjad Rp 664 Miliar Lunas
Bank Sanho Ganda Eka Handria - Lunas
Bank Sewu Internasional Husodo Angkosubroto - Lunas
Bank Sertivia David Nusa Wijaya Rp 4,31 Triliun
Tarunojoyo Nusa
Bank Sino Suryadi Tanuwidjaja - Lunas
Subandi Tanuwidjaja
Bank Subentra - Rp 58 Miliar Sita
Bank Surya Sudwikatmono - Lunas
Bank Tata Internasional Hengky Wijaya Rp 596 Miliar
Bank Tamara Omar Putihrai
Lidia Muchtar Rp 188,48 Miliar
Iwan Suhardiman - Lunas
Bank Tiara Asia HR Pandji M. Noe
Bank Umum Nasional PT Celebesagro Perdana US$14,7 juta
Ignatius Iwan Hensrayanta
Muhammad "Bob" Hasan - Lunas
Kharudin Ongko Rp 7,831 Triliun
Bank Arya Panduartha Rp 359 Miliar
Bank Umum Servitia David Nusa Wijaya
Tarunodjojo
Bank Umum Majapat Jaya Rp 6,05 miliar
Bank Umum Sejahtera Rp 450,23 miliar
Bank Upindo - Rp 12 miliar
- US$ 19,6 juta
Bank Centris Internasional Paul Banuara Silalahi
South East Asia Bank Rp 699,35 miliar
Bank Yama Siti Hardiyanti Rukmana
PT.Citra CS Rp 191,6 miliar
PT Citra Mataram Satriamarga Rp 471,4 miliar
PT Marga Nurindo Bhakti US$ 6,52 juta
PT Citra Bhakti Margatama Persada Rp 14,79 miliar
Bank Putra Multikarsa pengurus PT Wiajayapertama Adhiindustri Rp 167 Miliar
Tri Goestoro Rp. 142 Miliar[12]
Dwi Kornianto
Ichlasiah
Bayoe Pramoedji
Boedi Siswanto
Marimutu Sinivasan Rp Rp 790 Miliar
Group Texmaco Rp 31,72 triliun
US$ 3,91 juta
PT Timor Putra Nasional Tommy Soeharto Rp 2,61 triliun
PT Usaha Mediatronika Nusantara Andrus Roestam Moenaf Rp 22,7 miliar[13]
Pinkan Warrouw
Nirwan Dermawan Bakrie
Indra Usmansyah Bakrie
Anton Setianto
PT Jakarta Kyoei Steel Works The Ning Khong Rp 378,4 miliar[14]
The Kwen Ie
PT Jakarta Steel Megah Utama Rp 69 Miliar
PT Jakarta Steel Perdana Industry Rp 69,3 Miliar
PT Samaeri Mitracipta Nias Rp 49,23 miliar

Daftar Aset yang telah disita oleh Satgas BLBISunting

Berikut ini adalah Daftar Aset yang telah disita oleh Satgas BLBI

No Nama Obligor dan atau Debitur Nama Bank/Perusahaan Daftar Aset yang disita Lokasi Nominal Aset
1 PT Eraska Nofa 168 bidang tanah seluas 290.810 meter persegi (m2) Kabupaten Bekasi .Rp. 1,6 Triliun[15]
2 PT Detta Marina 1 bidang tanah berikut bangunan diatasnya seluas 35.765 m persegi Kota Jakarta Timur
3 PT Samaeri Mitracipta Nias Empat bidang tanah berikut bangunan di atasnya dengan luas keseluruhan 62.140 m2 Kabupaten Nias Selatan
4 Bank Indonesia Raya Tanah seluas 85,84 Ha Kabupaten Tangerang Rp. 171,68 Miliar[16]
5 - Tanah dengan luas total 85.176 m2 dan bangunan dengan luas total 13.213 m2 Wilayah Sumatera Utara Rp 288 Miliar
6 Bank PDFCI (BTO) Tanah dengan luas keseluruhan 36.795 m2 Kabupaten Cianjur Rp 220 Juta
7 Bank Umum Servitia Tanah Seluas 124.283 m² Kota Bandar Lampung Rp 149 Miliar
8 Bank Danamon (BTO) Tanah seluas 126.471 m²
Tanah seluas 36.914 m²
9 Atang Latief dan Lidia Muchtar Bank Indonesia Raya (BIRA) dan Bank Tamara Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 00469/Karet tahun 2005 dengan luas 3.744 m2 Kec. Setiabudi, Kota Jakarta
Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 00499/Karet tahun 1990 dengan luas 1.850 m2
Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 00510/Karet tahun 1991 dengan luas 2.981 m2
3.490.025 lembar saham PT Pantoru Mas (18,13%) yang dimiliki oleh PT Unggul Makmur Utama -
3.632.475 lembar saham PT Pantoru Mas (18,87%) yang dimiliki oleh Veeras Limited.
10 Setiawan dan Hendrawan Harjono Bank Asia Pasifik Tanah Seluas 26.715,59 M2 Kota Jakarta Selatan Rp 786 miliar
77 satuan rumah susun dengan total luas 20.265,76 m2,
11 Santoso Sumali. Bank Metropolitan dan Bank Bahari Tanah seluas 100.000 m2 Kab. Dompu, NTB
12 PT Tjitajam Tanah dengan luas keseluruhan 538.000 m2, atau 53,8 ha Kota Depok
13 Sugeng Basuki PT Sejahtera Wira Artha Sebidang tanah dan Bangunan Kota Jakarta Utara Rp 75,3 miliar
Lenny Widjaya
14 PT Samaeri Mitracipta Nias Empat biang tanah berikut bangunan di atasnya, dengan luas keseluruhan 64.140 m2 Kab. Nias Selatan
15 Grup Texmaco[17] 519 bidang tanah seluas 3.333.771 meter persegi Kab. Subang
54 bidang tanah seluas 1.248.885 meter persegi Kab. Sukabumi
3 bidang tanah seluas 2.956 meter persegi Kota Pekalongan
10 bidang tanah seluas 83.230 meter persegi Kota Batu
1 bidang tanah seluas 125.360 meter Kota Padang
16 Tommy Soeharto PT Timor Putra Nasional (PT TPN) Menyita seluruh aset industri yang ada di dalam tanah tersebut. Kab. Karawang
Tanah seluas 530 ribu meter persegi
Tanah seluas 98 ribu meter persegi
Tanah seluas 100 ribu meter persegi
Tanah seluas 518 ribu meter
17 Lippo Karawaci 44 bidang tanah seluas 251.992 meter persegi Kota Tangerang
Tanah seluas 3.295 meter persegi Kota Medan
Tanah seluas 15.785 meter persegi Sali, Bukit Raya
dua bidang tanah total seluas 5.004.420 meter perseg Bogor
18 Lanny Trisnawaty Suyatno Bank Central Dagang[18] 1 (satu) unit bangunan dan tanah seluas 364 m2 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Rp11.4 Miliar
- 73 (tujuh puluh tiga) bidang tanah seluas ± 600.000 m2 Kab. Bekasi Rp 150 Miliar
19 PT. Primaswadana Perkasa Finance Tanah seluas 1.690 m2 Kota Bogor Rp 27 Miliar
Tanah seluas 1.388 m2 Kota Depok Rp 34 Miliar
20 Trijono Gondokusumo Bank Putra Surya Perkasa 73 (tujuh puluh tiga) bidang tanah seluas 313.143 m2 Kab. Lebak, Banten Rp, 7,83 Miliar
21 Bank Asiatic 1 bidang tanah seluas 223 m2 Kota Depok Rp 1,445 miliar
1 (satu) bidang tanah seluas 57.605 m2 Kab. Sukabumi Rp 8,28 Miliar
1 (satu) bidang tanah seluas 96.908 m2
I Nyoman Suwirya[19] 1 unit bangunan dan tanah seluas 335 m2 Duren Sawit, Jakarta Timur Rp 4,35 miliar.
22 PT Bank Niaga Tanah seluas ± 10.859 m2 Kab. Bandung Rp 52,5 Miliar
23 Bank Dewa Rutji 1 bidang tanah seluas 3.949 m2 Jagakarsa, Jakarta Selatan Rp 7,95 Miliar
24 Andri Tedjadharm PT Bank Centris Internasional 1 bidang tanah seluas 68 m2 Kembangan, Jakarta Barat Rp 4,5 miliar
8 bidang tanah seluas 35.465 m Kab. Bandung Barat Rp 70 Miliar

Kasus Korupsi BLBI dan penanganannyaSunting

Dana BLBI banyak yang diselewengkan oleh penerimanya. Proses penyalurannya pun banyak yang melalui penyimpangan-penyimpangan. Beberapa mantan direktur BI telah menjadi terpidana kasus penyelewengan dana BLBI, antara lain Paul Sutopo Tjokronegoro, Hendro Budiyanto, dan Heru Supratomo.[20]

ReferensiSunting

  1. Hasan, Zulkifli. "Memori Krisis Moneter 1997/1998". detiknews. Diakses tanggal 2024-07-07. 
  2. "Rupiah Sempat Terpuruk Hingga Rp 16.650/Dolar AS Pada 1998 | Databoks". databoks.katadata.co.id. Diakses tanggal 2024-07-07. 
  3. "UPAYA PENYELESAIAN BLBI (BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA)" (PDF). Diakses tanggal 2024-07-07. 
  4. Nurmillah, Aminah (2021-11-10). "Memahami Aset Peninggalan BPPN, Hak Tagih Negara Dana BLBI Dan Permasalahannya". Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Diakses tanggal 2024-07-07. 
  5. Tri. "BPPN 'Hadiahkan' Surat Tanda Lunas untuk Delapan Obligor". hukumonline.com (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2024-07-08. 
  6. "Daftar 18 Eks Bank Dalam Likuidasi yang Belum Lunasi Utang BLBI | Databoks". databoks.katadata.co.id. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  7. Wijaya, Indra (2021-08-27). "Para Obligor BLBI". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-07-08. 
  8. Idris, Muhammad (2021-09-11). "Daftar Obligor BLBI yang Dikejar Sri Mulyani, Ada Nama Tutut Soeharto". Kompas.com. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  9. Harjanto, Setyo Aji (2022-10-10). "Daftar Obligor Penunggak BLBI, Ada Besan Setya Novanto hingga Kaharudin Ongko". Bisnis.com. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  10. "Daftar Penerima Dana BLBI: Dari Tommy Soeharto Hingga Sjamsul Nursalim". Asumsi. 2022-06-14. Diakses tanggal 2024-07-07. 
  11. Irawati (2023-07-24). "Satgas BLBI Sita The East Tower Milik Obligor Bank Asia Pacific, Segini Nilainya". Infobanknews (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-07-07. 
  12. Suwiknyo, Edi (2022-09-22). "Satgas BLBI Panggil 8 Debitur Eks BLBI, Ini Daftarnya!". Bisnis.com. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  13. Fernando, Aldo. "Nunggak Duit BLBI, Begini Sepak Terjang Duo Taipan Baja Ini - Halaman 2". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  14. Suwiknyo, Edi (2021-09-14). "Satgas BLBI Tagih Tunggakan Taipan Baja Thee Ning Khong & Petinggi JKSW". Bisnis.com. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  15. "Pemerintah Sita Aset 3 Debitur Terkait Tunggakan Utang BLBI Rp1,6 T". CNN Indonesia. 2023-05-11. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  16. Liputan6.com (2023-10-18). "Daftar 10 Aset Pengemplang Sudah Disita Satgas BLBI". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  17. "Daftar Aset BLBI yang Sudah Disita Satgas". CNN Indonesia. 2022-01-21. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  18. Nugroho, M. Rosseno Aji. "Nunggak Utang, Harta 6 Pengusaha Ini Disita Satgas BLBI!". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  19. "Satgas BLBI Sita 6 Aset Eks BLBI Senilai Rp 122,49 Miliar". Kompas.com. 2024-04-03. Diakses tanggal 2024-07-08. 
  20. Librianty, Andina (3 April 2021). Deny, Septian, ed. "Perjalanan Kelam Mega Korupsi BLBI, Rugikan Negara Rp 138 T hingga Dihentikan KPK". Liputan6.com. Diakses tanggal 6 Mei 2021. 
  21. http://lilianyoscar.com/1418/kriminalisasi-kpk-untuk-bungkam-kasus-blbi.html[pranala nonaktif permanen]
  22. http://fokus.news.viva.co.id/news/read/763794-deal-tiongkok-dan-akhir-pelarian-samadikun

Templat:Kasus peradilan IndonesiaTemplat:Ekonomi-stub