11.314
suntingan
| Baris 13: | Baris 13: | ||
== Sejarah == | == Sejarah == | ||
Pada awalnya [[Kerajaan Singasari]] berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Kadiri|Kerajaan Kediri]] dan dipimpin oleh Akuwu Tumapel, [[Tunggul Ametung]] yang beristrikan [[Ken Dedes]]. Pusat pemerintahan [[Singhasari|Singasari]] saat itu berada di [[Tumapel]]. Baru setelah muncul [[Ken Arok]] yang kemudian membunuh [[Tunggul Ametung]] dan menikahi [[Ken Dedes]], pusat kerajaan berpindah ke [[Malang]] setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri. Saat jatuh ke tangan [[Singhasari|Singasari]], status Kediri menjadi [[kadipaten]]. Sementara [[Ken Arok]] mengangkat dirinya sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi ([[1222]]–[[1227]]). | |||
Kerajaan ini mengalami jatuh bangun. Semasa kejayaan [[Kesultanan Mataram]], kerajaan-kerajaan yang ada di Malang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya Kerajaan [[Majapahit]]. Sementara pemerintahan pun berpindah ke [[Demak]] disertai masuknya agama [[Islam]] yang dibawa oleh [[Wali Songo]]. Malang saat itu berada di bawah pemerintahan [[Adipati Ronggo Tohjiwo]] dan hanya berstatus kadipaten. Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut ''Folklore'', muncul pahlawan legendaris [[Raden Panji Pulongjiwo]]. Ia tertangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini disebut [[Kepanjen]] (Kepanji-an). Hancurnya kota Malang saat itu dikenal sebagai Malang Kutho Bedhah. | |||
Bukti-bukti lain yang hingga sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-nama desa seperti [[Kanjeron]], [[Balandit]], [[Turen]], [[Polowijen]], [[Ketindan]], [[Ngantang]] dan [[Mandaraka]]. Peninggalan sejarah berupa candi-candi merupakan bukti konkret seperti : | |||
* [[Candi Kidal]] di Desa Kidal [[kecamatan]] [[Tumpang, Malang|Tumpang]] yang dikenal sebagai tempat penyimpanan jenazah [[Anusapati]]. | |||
* [[Candi Singhasari]] di [[kecamatan]] [[Singosari, Malang|Singosari]] sebagai penyimpanan abu jenazah [[Kertanegara]]. | |||
* [[Candi Jago]] / [[Candi Jago|Jajaghu]] di [[kecamatan]] [[Tumpang, Malang|Tumpang]] merupakan tempat penyimpanan abu jenazah [[Wisnuwardhana]]. | |||
Pada zaman [[VOC]], Malang merupakan tempat strategis sebagai basis perlawanan seperti halnya perlawanan [[Trunojoyo]] ([[1674]]–[[1680]]) terhadap [[Mataram]] yang dibantu [[VOC]]. Menurut kisah, [[Trunojoyo]] tertangkap di [[Ngantang, Malang|Ngantang]]. Setelah Trunojoyo, Malang kembali menjadi basis perlawanan terhadap VOC pada tahun 1768. Penguasa Malang saat itu yaitu Adipati Malayakusuma mempertahankan Malang dari serbuan VOC bersama pangeran asal Mataram bernama Prabujaka. Setelah berperang cukup lama, Malang akhirnya jatuh ke tangan VOC. Malayakusuma dan Prabujaka kemudian berhasil ditangkap. Prabujaka dibuang ke luar Jawa sementara Malayakusuma berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di Pegunungan Tengger. | |||
Awal abad ke-19 ketika pemerintahan [[Hindia Belanda|Hindia-Belanda]] dipimpin oleh Gubernur Jenderal, [[Malang]] seperti halnya daerah-daerah lainnya, dipimpin oleh seorang [[bupati]]. | |||
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Regentswoning te Malang. TMnr 60005900.jpg|jmpl|300px|Kediaman bupati Malang (sekitar 1935)]] | |||
Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal [[9 Mei]] [[1820]] Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Kabupaten Malang merupakan wilayah yang strategis pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan. Bukti-bukti yang lain, seperti beberapa prasasti yang ditemukan menunjukkan daerah ini telah ada sejak abad ke-9 dalam bentuk [[Kerajaan Singhasari|Kerajaan Singasari]] dan beberapa kerajaan kecil lainnya seperti [[Kerajaan Kanjuruhan]] seperti yang tertulis dalam Prasasti Dinoyo. Prasasti itu menyebutkan peresmian tempat suci pada hari Jum`at Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan kalender kabisat jatuh pada tanggal [[28 November]] [[760]]. Tanggal inilah yang dijadikan patokan hari jadi Kabupaten Malang. Sejak tahun 1984 di Pendopo Kabupaten Malang ditampilkan upacara Kerajaan Kanjuruhan, lengkap berpakaian adat zaman itu, sedangkan para hadirin dianjurkan berpakaian khas daerah Malang sebagaimana ditetapkan. | |||
=== Maskot === | |||
Habitat jenis fauna burung [[Cucak ijo|Cucak Ijo]] ditengarai berasal dari kawasan Malang Selatan, walaupun di beberapa daerah lain juga terdapat burung sejenis. Didasari dengan latar belakang ''Chloropsis sonnerati'' dan disusul kemudian dengan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang tanggal [[8 Februari]] [[1996]] bernomor 522.4/429.024/1995 tentang pelestarian flora dan fauna, burung Cucak Ijo dimunculkan sebagai identitas fauna Kabupaten Malang. Hal ini lalu dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang, nomor 180/170/SK/429.013/1997, tentang Penetapan Maskot / Identitas Flora dan FaunaKabupaten Daerah Tingkat II Malang, tertanggal 26 April 1997. Dalam Surat Keputusan Bupati itu, [[Apel Manalagi]] (''Malus sylvestris'' Mill) ditetapkan sebagai maskot flora, sedangkan Burung Cucak Ijo sebagai maskot fauna. Maksud penetapan maskot flora dan fauna tersebut sebagai upaya pengenalan sekaligus pelestarian yang didasari keunikan suatu jenis satwa dan tumbuhan tertentu yang terdapat di Kabupaten Malang serta merupakan ciri khas daerah. Penetapan maskot tersebut berperan pula sebagai sarana meningkatkan promosi kepariwisataan, penelitian dan pendidikan. Upaya pelestarian Burung Cucak Ijo ini dilakukan antara lain dengan cara pembangunan penangkaran terbesar yang sedang dibangun di [[Jeru, Tumpang, Malang|Desa Jeru]], [[Tumpang, Malang|Kecamatan Tumpang]] di atas lahan seluas 9,5 hektare yang untuk burung cucak ijo disediakan lahan seluas 0,5 hektare, dan lahan yang lain digunakan untuk pembudidayaan dan pelestarian flora dan fauna yang lain. | |||
== Geografi == | == Geografi == | ||
=== Batas wilayah === | === Batas wilayah === | ||