Portal:Budaya/Artikel pilihan: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 29 April 2021 16.23
Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dengan ciri khas budaya Banjar. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran. Bedanya, wayang atau cianjuran WT700 dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan Lamut dibawakan dengan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah. Mereka yang baru melihat seni Lamut selalu mengira kesenian ini mendapat pengaruh dari Timur Tengah.)
Pada masa Kerajaan Banjar yang dipimpin Sultan Suriansyah, Lamut hidup bersama seni tutur Banjar yang lain, seperti Dundam, Madihin, Bakesah, dan Bapantun. Pelaksanaan Lamut akan dilakukan pada malam hari mulai pukul 22.00 sampai pukul 04.00 atau menjelang subuh tiba. Pembawa cerita dalam Lamut ini diberi julukan Palamutan. Pada acara, Palamutan dengan membawa terbang besar yang diletakkan dipangkuannya duduk bersandar di tawing halat (dinding tengah), dikelilingi oleh pendengarnya yang terdiri dari tua-muda laki-perempuan. Khusus untuk perempuan disediakan tempat di sebelah dinding tengah tadi.